Jumat, 24 Desember 2010
Tahapan dalam menulis
4. Tahapan dalam proses menulis
Pra-menulis adalah bersiap untuk sampai pada tahap menulis. Pendapat tradisional bahwa para penulis memiliki suatu topik pemikiran yang lengkap dan siap dituangkan dalam buku adalah pendapat yang menggelikan. Jika penulis menunggu ide-ide untuk sepenuhnya dikembangkan, maka mereka hanya akan menunggu selamanya. Selama tahap pra-menulis, para siswa akan :
- Memilih suatu topik.
Memilih suatu topik untuk menulis dapat menjadi penghalang bagi para siswa yang telah menjadi mandiri bagi guru untuk mensuplai topik.
Selama bertahun-tahun,para guru telah membantu mensuplai topik dengan pemula cerita yang menarik dan membantu melepaskan “beban” dari topik yang dipilih. Seringkali, topik-topik “kreatif” ini membebani para siswa, yang dipaksa untuk menulis topik yang mereka sedikit mengetahui atau yang tidak mereka minati.
-Mempertimbangkan fungsi, bentuk dan audiens.
Salah satu pertimbangan penting dalam menulis adalah bentuk tulisan yang akan dibuat. Keputusan tentang fungsi, audiens, dan bentuk tulisan akan saling mempengaruhi. Misalnya,jika fungsi tulisan adalah untuk menghibur, maka bentuk yang sesuai adalah suatu cerita, puisi atau naskah_dan ketiga bentuk ini tampak berbeda pada suatu bagian paper. Mengungkapkan dan mengatur ide-ide untuk menulis. Para siswa memusatkan perhatian pada aktivitas-aktivitas untuk mengumpulkan dan mengatur ide-ide untuk menulis. Graces (1983) menyebut apa yang dilakukan penulis dalam mempersiapkan menulis sebagai aktivitas “latihan”. Aktivitas ini dapat mengambil berbagai bentuk, antara lain:
1. Menggambar. Menggambar adalah cara anak muda dan anak-anak mengumpulkan dan mengatur ide-ide untuk menulis. Para guru kelas primer mencatat bahwa para siswa seringkali menggambar sebelum mereka menulis. Bahkan banyak anak kecil tidak tahu apa yang mereka tulis hingga mereka melihat apa yang mereka gambar.
2. Mengumpulkan. Para siswa membuat kumpulan_seperti diagram_dimana mereka menulis topik dalam lingkaran pusat dan menggambarkan untuk tiap ide pokoknya. Kemudian mereka menambahkan detail dan informasi lain diluar ide pokok. Melalui pengelompokkan, para siswa mengatur ide-ide mereka untuk menulis. Pengumpulan adalah suatu strategi pra-menulis yang lebih baik daripada outlining karena ini non-linear.
Langkah 1: persiapan menulis
• Penggunaan gambar untuk menarik aktifitas latihan.
• Sudahkah para siswa ‘mengeluarkan” komposisi kalimatnya sebelum memulai menulis
• Satu kelompok untuk siswa, menggunakan gagasan dan kata-kata yhang mereka sarankan
Langkah 2: membuat draft
• Sudahkah siswa meringkas rancangan mereka
• Menandai dokumen siswasedemikian rupa sehingga mereka menulis pada semua garis lain
• Menentramkan hati siswa yang sedang mengeja dan keterampilan mekanik lain dalam langkah ini tidaklah penti ng.
Langkah 3: revising/ perbaikan
• Mengambil bagian dengan siswa dalam penulisan kelompok
• Memusatkan pada pujian dibanding usulan untuk revisi ketika para siswa mulai menulis kelompok
• Diharapkan para siswa hanya membuat satu atau dua revisi pada mulanya.
Langkah 4: editing
• Ajari para siswa bagaimana cara mengoreksi catatan.
• Sudahkah para siswa menandai kemungkinan kesalahan; kemudian mengoreki kesalahan dengan mereka.
• Sudahkah para siswa mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan pada halaman yang pertama dari komposisi tulisan; kemudian mereka mengoreksi kesalahan sisanya, untuk para siswa.
Langkah5 : publishing
• Menggunakan pengolah kata untuk salinan akhir
• Tulisan tangan adalah salinan terakhir untuk para siswa
• Menyediakan peluang untuk para siswa mebagi tulisannya dengan kelompok teman sekelas yang dipercaya.
5. Elemen-elemen dalam pembuatan konsep cerita
a. Plot merupakan serangkaian kejadian-kejadian yang melibatkan karakter didalam situasi-situasi konflik. Aspek dasar dari plot ini adalah bagian dari kejadian-kejadian utama dari sebuah ceritra yang terbagi kedalam tiga bagian yaitu: (1) permulaan cerita, pengarang mengenalkan tiga karakter-karakter, menggambarkan setting cerita dan mengemukakan suatu masalah. (2) pertengahan cerita, pengarang menambahkan kejadian-kejadian yang dikemukakan dipermulaan cerita. (3) akhir cerita, pengarang menggabungkan kembali semua yang telah terpaparkan dalam cerita.
b. Karakter, orang atau hewan yang dipersonifikasi yang terlibat dalam cerita , karakter ini merupakan elemen penting dalam struktur cerita karena cerita berpusat pada karakter atau karakter kelompok.
c. Setting , setting dalam cerita-cerita ini adalah khusus pengarang lebih perhatian untuk menyakinkan keaslian dari sejarah periodik atau geografis lokasi dimana cerita di setting. Empat bentuk dari setting ini adalah lokasi, cuaca, waktu periodik dan waktu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar