ASSLAMUALAYKUM WELCOME TO MY BLOG INSYA ALLAH BERMANFAAT
KALAU PENGEN BACA, TERLEBIH DAHULU KLIK DI JDUL BCAAN/LINK POSTINAGAN/DI FULL READ:

Sabtu, 25 Juni 2011

Analisis Buku Lancar Berbahasa Arab 3 Untuk Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah

Analisis berikut adalah pada buku lancar berbahasa arab 3 untuk kelas VI Madrasah Ibtidaiyah penerbit tiga serangkai , secara tersurat pada buku ini sudah bagus dengan berbagai desain serta tampilan gambar yang cukup menarik dengan kesesuain isi materinya. Di akhir tiap subbahasan juga terdapat portofolio yang nantinya bisa di isi siswa dan di tulis dari kegiatan sesuai dengan waktu yang di tentukan , di bagian bawah portofolio juga terdapat catatan guru ,serta pada bagian akhir juga termuat soal-soal baik dalam bentuk objektive test dan essay test. Berikut akan di uraikan beberapa asas yang tercatum dalam buku lancar berbahasa arab 3 madrasah ibtidaiyah penerbit tiga serangkai , yang nantinya akan di analisis tentunya tidak terlepas dari uraian pada buku tersebut. 1. Asas Psikologi Pada asas ini , materi yang di cantumkan dalam pembelajaran sepertinya lumayan bagus, karena sudah sesuai dengan standar isi , akan tetapi untuk proses pembelajarannya tergantung guru dalam menyampaikan serta menentukan indikator yang ingin di capai agar anak bisa lebih paham akan materi yang di ajarkan. 2. Asas Pendidikan Pada asas ini, tercantum pada halaman 17 pelajaran kedua yaitu membahas tentang pekerjaan sehari-hari (al-af’alu yaumiyah) yang dilakukan seorang anak yang bernama Ani dengan Budi. Ani menyapu didalam rumah dan Budi membersihkan kaca di ruang tamu, setiap orang pasti memiliki kegiatan yang dilakukan tiap hari. Begitupun Orang tua juga selalu bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Pada pelajaran berikut kita akan memahami kegiatan yang di lakukan sehari-hari. Kemudian pada halaman 28 tentang Qiraah seorang anak yang bernama Ridwan, ia adalah anak yang rajin dan saleh. Setiap hari ia selalu meluangkan waktunya untuk mengulang pelajaran yang telah dipelajarinya disekolah. Selain rajin belajar, Ridwan juga selalu mengerjakan shalat 5 waktu secara berjamaah. Begitu juga pada halaman 48 yaitu terdapat pada pembahasan al-wajibul manzili (pekerjaan rumah), digambarkan seorang anak yang rajin belajar. Akan tetapi alangkah baiknya pada pembahasan ini, dijadikan satu subbahasan dengan pembahasan yang sebelumnya yaitu pada pembahsan al-af’alu yaumiyah agar tidak berulang-ulang dan tidak pemborosan kata, pada pembahasan ini bisa diganti dengan pembahasan yang lain. 3. Asas Kebudayaan Dibuku Lancar Berbahasa Arab 3 untuk kelas VI Madrasah Ibtidaiyah menurut kami tidak terlalu dimunculkan karena pada buku ini banyak membahas tentang asas pendidikan. Tetapi pada pelajaran ke 4 halaman 58 arrihlah (liburan) dan berpariwisata dengan mengunjungi daerah lain setiap akhir tahun ajaran, sekolah juga mengadakan acara berwisata 4. Asas Kebahasaan Pada asas ini ditampilkan beberapa kosakata yang cukup menarik dilihat pada pembahasan yang pertama mengenalkan beberapa mufradat yang berkaitan dengan jam, hari, tanggal dan bulan. Menurut kami pada asas ini sudah baik karena bahasa yang digunakan juga mudah dipahami dengan beberapa kaidah dalam bahasa Indonesia. Pada pelajaran yang kedua juga disajikan beberapa mufradat dengan ilustrasi gambar beserta kaidah dalam bahasa Indonesia. 5. Isi Materi Menurut kami pada isi materi lumayan bagus , karena di lihat dari beberapa pembahasannya sudah berurutan . Dan disajikan pula beberapa fi’il, fa’il serta maf’ul bih, dimana nantinya siswa mempunyai pengetahuan baru sehingga pada tingkatan studi yang lebih tinggi siswa menjadi lebih mudah dalam mempelajarinya khususnya pada pembelajaran bahasa arab. Tetapi alangkah baiknya dalam melengkapi tiap subbahasan di cantumkan khulasah (rangkuman),dan mahfuzatnya (mutiara hikmah) agar pada rangkuman anak senantiasa lebih mudah mempelajari dan mengulangnya kembali dari akhir materi pokok tiap subbahasan . 6. Desain Tampilan Pada buku lancar berbahasa arab desain tampilannya lumayan bagus ,dan cukup menarik minat anak karena dilihat dari beberapa pembahasannya banyak terdapat ilustrasi gambar yang menarik perhatian anak dari tema atau materi yang dibahas sehingga dapat menumbuhkan minat serta menstimulus perkembangan anak.
»»  FULL READ....

SEJARAH AL-QUR'AN

Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman-Nya : )شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة: ١٨٥ “bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185] Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim. Banyak sekali hadits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur`an. Di antaranya : 1. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه » “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804] Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya. Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits : 1. Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas lainnya. 2. Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia. 2. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : « … اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ : الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ؛ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ ». “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya. [HR. Muslim 804] 3. Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : « يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا ». “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 805] Pada hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mempersyaratkan dalam hadits ini dengan dua hal, yaitu : - Membaca Al-Qur`an, dan - Beramal dengannya. Karena orang yang membaca Al-Qur`an ada dua type : - type orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membantah mereka. - Type lainnya adalah orang-orang yang membacanya dan mengimani berita-berita Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya, … sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membela mereka. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : القرآن حجة لك أو عليك “Al-Qur`an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang membantahmu.” [HR. Muslim] Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tujuan terpenting diturunkannya Al-Qur`an adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah subhanahu wata’ala : ( كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا آياته وليتذكر أولوا الألباب ) “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Shad : 29] “supaya mereka mentadabburi”, yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah tadabbur. Dengan tadabbur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah dari ilmu. Jadi inilah tujuan diturunkannya Al-Qur`an : - untuk dibaca dan ditadabburi maknanya - diimani segala beritanya - diamalkan segala hukumnya - direalisasikan segala perintahnya - dijauhi segala larangannya Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits : 1. Al-Qur`an sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya dan beramal dengannya. 2. Ilmu mengharuskan adanya amal. Kalau tidak maka ilmu tersebut akan menjadi hujjah yang membantahnya pada hari Kiamat. 3. Keutamaan membaca surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran 4. Penamaan surat-surat dalam Al-Qur`an bersifat tauqifiyyah. 4. Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : (( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رواه البخاري . “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari 5027] Orang yang terbaik adalah yang terkumpul padanya dua sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan mengajarkan makna-makna Al-Qur`an. 5. Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah d berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : (( الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ )) متفقٌ عَلَيْهِ “Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” [Al-Bukhari 4937, Muslim 244] Orang yang mahir membaca Al-Qur`an adalah orang yang bagus dan tepat bacaannya. Adapun orang yang tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala : pertama, pahala tilawah, dan kedua, pahala atas kecapaian dan kesulitan yang ia alami. 6. Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : (( مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يقرأ القرآنَ كَمَثلِ الرَّيحانَةِ : ريحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ )) متفقٌ عَلَيْهِ . “Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari 5427, Muslim 797] Seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah, yaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Karena seorang mu`min itu jiwanya bagus, qalbunya juga baik, dan ia bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat kebaikan. Maka seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah baik seluruhnya, baik pada dzatnya dan baik untuk orang lain. Dia seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi dan harum, rasanya pun enak dan lezat. Adapun seorang mu’min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum. Jadi seorang mu’min yang rajin membaca Al-Qur`an jauh lebih utama dibanding yang tidak membaca Al-Qur`an. Tidak membaca Al-Qur`an artinya tidak mengerti bagaimana membaca Al-Qur`an, dan tidak pula berupaya untuk mempelajarinya. Perumpamaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Karena orang munafiq itu pada dzatnya jelek, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq adalah : orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir -wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah nyatakan dalam firman-Nya : Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah : 8 - 10] Didapati orang-orang munafiq yang mampu membaca Al-Qur`an dengan bacaan yang bagus dan tartil. Namun mereka hakekatnya adalah para munafiq -wal’iyyadzubillah- yang kondisi mereka ketika membaca Al-Qur`an adalah seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam : يقرؤون القرآن لا يتجاوز حناجرهم “Mereka rajin membaca Al-Qur`an, namun bacaan Al-Qur`an mereka tidak melewati kerongkongan mereka.” Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengumpamakan mereka dengan buah Raihanah, yang harum aromanya, karena mereka terlihat rajin membaca Al-Qur`an; namun buah tersebut pahit rasanya, karena jelek dan jahatnya jiwa mereka serta rusaknya niat mereka. Adapun orang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an, maka diumpamakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma wangi. Inilah munafiq yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tidak memiliki aroma wangi, karena memang ia tidak bisa membaca Al-Qur`an, disamping dzat dan jiwanya adalah dzat dan jiwa yang jelek dan jahat. Inilah jenis-jenis manusia terkait dengan Al-Qur`an. Maka hendaknya engkau berusaha agar menjadi orang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an dengan sebenar-benar bacaan, sehingga engkau seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi, rasanya pun enak. 7. Dari shahabat ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : (( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رواه مسلم . “Sesungguhnya Allah dengan Al-Qur`an ini mengangkat suatu kaum, dan menghinakan kaum yang lainnya.” [HR. Muslim 269]
»»  FULL READ....

DESKRIPSI QUR'AN HADIST

Deskripsi seputar isi Pada pelajaran ke 8 halaman pertama , termuat pokok bahasan tentang hadist ciri-ciri orang munafik, didalamnya terdapat pada bagian atas , yaitu: Standar kompetensi : Memahami arti hadist tentang ciri-ciri orang munafik Kompetensi dasar : Membaca hadist tentang ciri-ciri orang munafik Menerjemahkan hadist tentang ciri-ciri orang munafik Memahami isi kandungan hadist tentang ciri-ciri orang munafik Menunjukkan perilaku menjauhi cirri-ciri orang munafik Pada halaman bagian bawah pula terlihat gambar dalam suasana pembelajaran dimana seorang guru yang sedang memberi penjelasan kepada murid-muridnya tentang perbuatan yang di larang Allah Swt merupakan perbuatan tercela , seperti halnya perbuatan orang munafik. Pada halaman ke dua dijelaskan hadis tentang ciri-ciri orang munafik bahwasanya orang munafik disebut dengan musuh dalam selimut. Hal itu karena orang munafik adalah orang yang plin plan. Lain di mulut dan lain di hati, itulah munafik. Apa yang ia katakana lain dengan yang ia kerjakan atau tidak satunya antara perkataan dan perbuatan. Munafik merupakan akhlak tercela dan harus dijauhi oleh setiap muslim. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa ciri-ciri orang munafik ada tiga. Telah jelas dicantumkan hadis tentang ciri-ciri orang munafik. Pada bagian tengah halaman terdapat kalimat sa’bah atau kata-kata sulit. Pada bagian bawah halaman dua, terdapat beberapa mufradat (arti kata) dari terjemah hadis tersebut. Pada halaman ke tiga terdapat terjemahan hadis secara keseluruhan. Kemudian terdapat kandungan hadis tentang ciri-ciri orang munafik yaitu bahwa apabila orang munafik dalam perkataannya ia sering berdusta, orang munafik sering tidak menepati janjinya, dan apabila diberi kepercayaan ia berkhianat. Pada bagian bawah halaman, terdapat akhlak mahmudah (akhlak terpuji). Pada halaman ke empat terdapat Qissah Mu’assirah atau cerita bermakna yang menggambarkan tentang perbuatan anak yang berbuat terpuji dan tercela. Pada halaman ke lima terdapat mahfuzat (mutiara hikmah) dan juga wazifah (tugas) serta khulasah (rangkuman) tentang materi pelajaran. Kemudian pada halaman ke enam terdapat Lu’bah atau permainan berupa isian kotak-kotak tentang sifat terpuji dan sifat tercela. Pada bagian bawah tercantum juga Tamrinat atau latihan soal yang berisikan 20 soal objektif test dan 10 essay test. Pada halaman terakhir tercantum lembar portofolio yang bisa diisi oleh siswa, mengenai bagaimana cara menjauhi sifat-sifat munafik. Metode yang layak di gunakan dalam materi hadist tentang ciri-ciri orang munafik Ceramah Reading aloud Cerita Tanya jawab Langkah-langkah metode pembelajaran: Awal pembelajaran di gunakan metode ceramah untuk menjelaskan kepada siswa mengenai materi serta kandungan yang terdapat dalam hadist tentang ciri-ciri orang munafik , pada metode ceramah akan di berikan waktu 5/10 menit untuk menstimulus pemahaman siswa. Untuk melafalkan hadist tentang ciri-ciri orang munafik , kami menggunakan metode reading aloud (membaca dengan keras) yaitu guru melafalkan hadist dengan nyaring kemudian siswa mengikutinya bersama-sama. Kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang agar siswa menjadi mudah dan lancar dalam membacanya, dalam metode ini waktu yang di perlukan sekitar 10/15 menit karena guru dan siswa juga terlibat di dalamnya. Untuk memahami isi kandungan hadist tentang ciri-ciri orang munafik , di gunakan metode bercerita. Guru dapat menyampaikan cerita yang berkaitan dengan ciri-ciri orang munafik agar siswa nantinya mengetahui makna yang terkandung dalam hadist tersebut , waktu yang di perlukan 10 menit. Untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai materi hadis tentang ciri-ciri orang munafik dilakukan metode tanya jawab ,dengan memerlukan waktu sekitar 5/10 menit. Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif, yaitu dalam bentuk objective test dan essay test. Pada evaluasi bentuk objective test , soalnya berupa pilihan ganda dengan jumlah 20 soal yang mencakup dari soal hadist munafik , pengertian munafik , ancaman bagi orang yang munafik serta lafal hadist ciri-ciri orang munafik. Kemudian pada bagian essay test gambaran soalnya juga memuat tentang pengertian munafik, ciri-ciri munafik , akibat munafik dan terjemahan dari hadist ciri-ciri orang munafik. Analisis isi Kelayakan isi Dalam pembelajaran yang ke delapan ini pembahasan hadist tentang ciri-ciri orang munafik sangat bagus karena pembahasan ini materi pokoknya juga terdapat pembahasan yang memberikan tambahan pemahaman tentang isi pokok tersebut seperti adanya penyajian tentang kalimat sa’bah, mufradatnya qissah mu’assirah dan mahfuzatnya , yang mana dengan semua ini tentunya akan memudahkan siswa untuk memahaminya. Kebahasaan Dari segi penulisan pada buku ini bagus karena sangat jelas bentuk tulisannya dengan kaidah bahasa Indonesia serta dalam penggunaan tanda baca maupun gambar-gambarnya juga mudah dipahami. Penyajian Dalam penyajiannya sudah bagus, kejelasan tujuan yang ingin di capai pada kompetensi dasar juga baik dan sudah tergambarkan pada materi pokok sajian. Unsur kegrafikan Pengunaan font , jenis dan ukuran dalam penulisan baik pada sub judul lebih besar sebagai penanda di tambah kolom yang memberikan perbedaan yang jelas pada setiap pokok pembahsan. Lembar Analisis Materi Cinta Al-Qur’an dan Hadits Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Penerbit 3 Serangkai Mengenai Hadist Tentang Ciri-Ciri Orang Munafik No. Komponen Penilaian 5 4 3 2 1 Jumlah I. Kelayakan Isi Menganalisis kesesuaian dengan SK-KD Kesesuaian dengan perkembangan anak Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar Kebenaran substansi materi pelajaran Manfaat untuk penambahan wawasan Kesesuain dengan nilai-nilai moral & social x x x x x x 5 4 4 4 4 4 II. Kebahasaan Keterbacaan Kejelasan informasi Kesesuaian dengan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar Pemanfaatan bahasa secara efektif & efisien x x x x 5 4 4 4 III. Penyajian Kejelasan tujuan yang ingin dicapai Sistematis atau tidaknya urutan penyajiannya Pemberian motivasi atau daya tarik Interaksi Kelengkapan informasi x x x x x 4 4 4 4 4 IV. Kegrafisan Penggunaan font, jenis, dan ukuran Lay out atau tata letak Ilustrasi, gambar, atau foto Desain tampilan x x x x 4 4 5 4 79 Nilai Buku = (Skor Perolehan)/(Skor Maksimal)×Skala nilai (10-100) = 79/95×100 = 7900/95 = 83 (A) Berdasaran hasil analisis dari komponen yang telah ditetapkan dengan beberapa rincian di atas sebagai alat pengukuran, maka penilaian materi pelajaran Cinta Al-Qur’an dan Hadits Madrasah Ibtidaiyah mengenai hadist tentang ciri-ciri orang munafik adalah sangat baik dengan hasil pengukuran 83. Metode pilihan. Metode pilihan lain yang dapat digunakan dalam materi hadis tentang ciri-ciri orang munafik adalah metode simulasi dan diskusi. Pada metode simulasi, beberapa siswa diperintahkan untuk memainkan peran dengan cerita yang berkaitan dengan ciri-ciri orang munafik. Kemudian pada metode diskusi, seluruh siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk membahas tentang ciri-ciri orang munafik. Kedua metode tersebut bisa saja digunakan dalam materi ini, agar siswa memahami kandungan hadis ciri-ciri orang munafik. Namun, dalam materi ini, kami lebih menggunakan metode seperti ceramah, reading aloud, cerita, dan Tanya jawab karena menurut kami lebih efisien. Sedangkan penggunaan metode diskusi dan simulasi akan memerlukan waktu yang lama dalam penyampaian materi ini.
»»  FULL READ....

KURIKULUM DAN PENGAJARAN

BAB I KONSEP-KONSEP DASAR KURIKULUM DAN PENGAJARAN A. Pengertian Kurikulum Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disususn untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Ada sejumlah ahli teori kuriklum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikulum yang formal juga kegiatan yang tak formal. Kurikulum formal meliputi: • Tujuan pelajaran, umum dan spesifik • Bahan pelajaran yan tersusun sistematis • Strategi belajar mengajar serta kegiatanya • Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatanyang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal. B. Proses pengembangan kurikulum Dalam pengembangan kurikulum tedapat dan proses utama,yakni pengembangan pedoman instruksional. 1. Pedoman kurikulum meliputi • Latar belakang • Silabus • Desain evaluasi • Pedoman instruksional 2. Pedoman instruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan silabus C. Pedoman kurikulum Pedoman kurikulum disusun untuk menetukan dalamgaris besarnya: • Apa yang akan dijarkasn (ruang lingkup scope) • Kepada siapadiajarkan • Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa • Dalam urutan yang bagaimana BAB II DETERMINAN KURIKULUM A. Determinan filosofis Filsafat dapat dirumuskan sebagai studi tentang Metafisika : apakah hakikat kenyataan atau realitas? epistemologi : apakah hakikat pengetahuan? aksiologi : apakah hakikat nilai? Etika : apakah hakiakt kebaikan? Estetika : apakah hakikat keindahan? Logika : apakah hakikat penalaran? Pengembangan kurikulumyang mempunyai posisi ang jelas tentang pertanyaan-pertanyaan filosofis diatas telah memiliki dasar yang memungkinkanya mengambil keputusan yang sehat dan konsisten. Akan tetapi dalam mengembangkan kurikulum ia tidak hanya menonjolkan falsafah pribadinya, akan tetapi harus mempertimbangkan falsafah Negara, falsafah lembaga pendidikan serta staf pengajarnya. a) Falsafah bangsa Bagaimana punhakikat falasafah nasional, falsafah itu selalu harus dijadikan kerangka utama yang mengendalikan penyelenggaraan lembaga-lembaga pendidikan dinegara yang bersangkutan dan oleh karena itu akan mempengaruhi semua keputusan dalam pengembangan kurikulum. b) Falsafah lembaga pendidikan Kita di Indonesia telah memiliki falsafah nasional yang tegas, pancasila yang berfungsi sebagaipegangan bagi lembaga pendidikanuntuk pengembangan falsafah atau pandangan masing-masing sesuai dengan missi dan tujuan nasional serta nilai-nilai masyarakat yang dilayaninya. c) Falsafah pengajaran guru Tiap guru harus mempunyai gambaran yang jelas mengenai falsafahlembga pendidikan tempat ia bekerja. Sebaiknya falasafah guru sendiri konsisten dengan falsafah sekolahagar ia dapat membimbing siswa kearah tujuan pendidikan seperti dirumuskandlam kurikulumguru selalu terlibat dank arena itumemasukkan falsafahnya dlam perencanaa, organisasi dan penyampaian pelajaran. d) DETERMINAN SOSIOLOGIS Tiap kurikulum mencermika keinginan, cita-cita , tuntutan dan kebutuhan masyarakat, sekolahmemang didirikan oleh dan untuk masyarakat. Sudah sewajarnya pendidikan harusmemperhatikan danmerespon terhadap suara-suara dalam masyarakat. Pendidikan tak dpat tiada harus member jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari desakan dan tekanan dari kekuatan-kekuatan sosio-politik-ekonomi yang dominan pada saat tertentu. DETERMINAN PSIKOLOGIS Determinan ini mempunyai dua dimensi yang saling berkaitan yaitu : 1) Teori belajar (bagimana sebenarnya siswa belajar) Walaupun bannyak macam-macam teori belajar yang menunjukan perbedaan halus antarayang satu dengan yang satu lagi, pada pokonya terdapat lima kelompok teori belajar utma yakni : (1) Behhaviorisme (2) Psikologi daya (3) Perkembangan kogitif (4) Teori lapangan(teori gestalt) (5) Teori kpribadian 2) Hakikat peljarsecara individual anatara laian berkenaan dengna taraf : • Motivasi • Kesiapan • Kematangan intelektual • Kemtangna emosional • Latar belakng pengalaman BAB III PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDEKATAN-PENDEAKTAN BIDANG KURIKULUM 1. Pendekatan bidang studi ( pendekatan subjek atau disiplin ilmu) Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini sesuai dengan falsafah realisme. 2. Pendekatan interdisipliner Masalah-masalah dalam kehidupan tidak hanya melibatkan satu disiplin, akan tetapi memrlukan berbagai ilmu secara interdisipliner. Dibawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan interdisipiner dalam pengembangan kurikulum a. Pendekatan “broad-field” Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disipli atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam pakum atau kehampaan akakn tetapi merupakan bagian integraldari kehidupan manusia. b. Pendekatan kurikulum inti ( core curriculum) Kurikulum diberikan berdasarkan suatu masalah social atau personal. Untuk memecahkan masalah digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan msalah itu. c. Pendekatan kurikulum inti di perguruan tinggi Istilah inti (core) juga digunakan dalalm kurikulum perguruan tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang dimbil dari semua disiplin ilmu yang dianggap layak dimilik oleh tiap orang terdidik dan terpelajar. d. Pendekatan kurikulum fusi Kurikulum ini memfusikan atau menyatukan dua atau lebih disiplin tradisional menjadi bidang studi baru, misalnya : geografi+ geologi + botani +arkeologi menjadi earth sciences. 3. Pendekatan rekonstruksionisme Pendekatan ini juga disebut rekonstruksi social karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, rasialisme, interdependensi globalkemiskinan dan lain-lain. (1) Rekunstruksionisme konservatif aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat. 4. Rekonstruksionisme radikal pendekatan ini berpendapat bahwa banyak Negara mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat. 5. Pendekatan “accountability” Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. 6. Pendektan pembanguan nasional: Pendekatan in mengandung tiga unsur : (1) Pendekatan kewarganegaraan berorientasi pada system politik negara yang menentukan peranan hak dan kewajiban tiap warga negara (2) Pendidikan sebagai alat pembangunna nasional tujuan pendidikan ini ialah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangnan . untuk itu harus diaadakan proyeksi kebutuhan tanaga kerja yang cermat. (3) Pendididkan keterampilan untuk kehidupan praktis BAB IV TUJUAN PENGAJARAN 1. Tujuan Pengajaran Kita mengenal berbagai tingkat tujuan dalam pengembangan kurikulum yakni tujuan dalam pengembangan kurikulum yang tujuan intitusional yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan seperti SD,SMP,atau univertas yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan institusionaldiharapkan dicapaimelalaui kurikulumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan institusional sama dengan tujuan kurikuler dalam keseluruhannya. Tujuan umum ini memberikan arah dan tidak dirumuskan dalam bentuk kelakuan yang dapat diukur. Tujuan umum ini menentukan apa yang harus dicapai, bukan alat, artinya tidak member petunjuk bagaiman proses belajar mengajar akan dilakukan. Tujuan umum sering mencakup hasil belajar dalam ketiga ranah , kognitif, afektif, dan psikomotor. 2. Ranah Belajar A. Ranah Kognitif Rnah ini mempunyai enam tingkatan dari yang paling rendah : 1. Pengetahuan • Mengenai : fakta, istilah kejadian, perbuatan • Urutan, klasifikasi, penggolongan, criteria metodologi • Prinsip dan generalisasi • Teori dan struktur 2. Pemahaman • Terjemah, tafsirn, ekstrapolasi 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis • Yang menghasilkan hubungan yang has, rencana atau langkah-langkah tindakan, perangkat hubungan abstrak 6. Evaluasi • Member pandangan dan penilain berdasarkan bukti internal dan / atau criteria eksternal B. Ranah Afektif hasil belajar afektif tidak dapat dilihat bahkan diukur seperti halnya dalam bidang kognitif. Guru tak dapat langsung mengetahui apa yang bergejolak dalam hati anak, apa yang dirasakannya atau dipercayainya yang dapat diketahui hanya ucapan verbal serta kelakuan non verbal seperti ekspresi pada wajah, gerak gerik tubuh sebagai indicator apa yang terkandung dalam hati siswa. Ranah afektif seperti yang dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia, dalam garis besarnya sebagai berikut : 1. Menerima (memperhatikan) menaruh perhatian, ada kepekaan terhadap adanya kondisi,gejala, keadaan atau masalah tertentu. 2. Merespon, member reaksi terhadap suatu gejala dans ebagainya secara terbuka, melakuakn sesuatu ssebagai respon terhadao gejala itu. 3. Menghargai, member penilaian atau kepercayaan kepada sesuatu gejala yang cukup konsisten 4. Organisasi, mengembangkan nilai-nilai sebagai suatu system, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu 5. Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai. C. Ranah psikomotor Garis besar ranah psikomotor ini adalah : 1) Gerak reflex,2)Gerak dasar yang fundamental,3)Keterampilan perceptual,4)Keterampilan fisik,5)Gerak terampil,6)Komunikasi dan non diskursif( hubungan tanpa bahasa melainkan melalui gerakan). 3. Perumusan masalah Ketiga ranahbelajar harus diperhatikan dengasn cermat dalam perumusan tujuan umum, TIU maupun TIk. Pendisain kurikuum harus merumuskan dengan jelas apakah yang diharapkan sebagai hasil belajar siswa apakah tuuan pembelajaran. Petak konsep Kemkoff Peta konsef Kemkoff dapat membantu pengembangn kurikulum untuk menganalisi tujuan pembelajaran, baik TU, TIU, maupaun TIK. Selain itu petak ini membutuhkan memelihara “konstek” yaitu hubungan antara tujuan pelajaran dengan segala variable yang mempengaruhi kurikulum, sehingga kurikulum berfungsui sesuai dengan ap yang harus dicapainya. BAB V STRATEGI DAN SUMBER MENGAJAR A. Rasional Strategi dan sumber mengajar bagian yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum agar apa yang direncanakan dapat dilakasanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber mengajar lebih terjamin bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan dikuasai dan dimiliki siswa. B. Strategi Mengajar Strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu rinci dan bervariasi disbanding dengan kegiatan belajar siswa seprti yang dicantumkan dlam rencana instruksional atau persiapan suatu pembelajaran. Memilih Strategi Mengajar: Agar dapat dipilih strategi mengajar yagn serasi , harus diperhitungkan tujun ayng ingin dicapai, baik TU, maaupun TIU dan TIK. Sering terjadi bahwa pengjar telah merumuskan tujuan instruksional yang baik, akan tetapimenggunkan strategi mengajar ayng tidak serasi dengan hasilbvelajar ytang diharapkan. Pedoman Kurikulum dan Strategi Mengajar : Pedoman kurikulum dapat menyajikan ide-ide yang dapat digunakan pengajar untuk mengembangkan kegiatan belajar siswa. Untuk mencapai suatu tujuan , misalnya TIK dapat digunakan satu strategi mengajar , tetapi ada kemungkinan menggunakan satu strategi mengsjsr untuk beberapa tujuan. Sumber mengajar sudah harus diusahakn pada tingkat pedoman kurikulum. Pada taraf ini hendaknya dikerahkan sedapat mungkin tenaga pengajar untuk bersama-sama menyiapkan segala sumber mengjar yang diperlukan . ini dilakukan pada perguruan tinggi yang harusemnyuisun kurikulum sendiri. BAB VI MENDESAIN RENCANA EVALUASI 1. Dasar-Dasar Evaluasi Kurikulum Evaluasi Kurikulum bermacam-macam tujuannya . yang paling penting di antaranya ialah : (1) Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan kea rah tujuan yang telah di tentukan (2) Menilai efektivitas kurikulum (3) Menentukan factor biaya , waktu , dan tingkat keberhasilan kurikulum Desain evaluasi kurikulum mungkin bagian yang paling di anaktirikan dala,m pengembangan pedoman kurikulum, dan proses evaluasi mungkin aspek yang paling di salah gunakan dan paling tidak dipahami. Akan tetapi sebaliknya evaluasi kurikulum yang paling sulit untuk dilaksanakan. Seringkali kita lihat bahwa kurikulum di rombak tanpa evaluasi yang sistematis. 2. Desain evaluasi Desain evaluasi menguraikan tentang (1) data yang harus di kumpulkan ,(2) analisis data “membuktikan” nilai dan efektivitas kurikulum. Yakni: A. Merumuskan tujuan evaluasi B. Mendesain proses dan metodologi evaluasi C. Menspesifikkan data yang diperlukan untuk menyusun instrument bagi proses pengumpulan data. D. Mengumpulkan , menyusun dan mengolah data E. Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil kesimpulan dan rekomendasi A. Tujuan evaluasi :Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat di tinjau dari tiga dimensi , yakni dimensi I (formatif-sumatif) ,dimensi II (proses-produk) , dan dimensi III (operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa). Dimensi I : FORMATIF : evalusi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum. SUMATIF: Proses evaluasi dilakukan paa akhir jangka waktu tertentu (misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau setelah lima tahun untuk mengetahui efiktivitas kurikulum dengan menggunakan semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi kurikulum. Dimensi II :PROSES : yang di evaluasi adalah metode dan proses dalam pelaksanaan kurikulum . PRODUK: yang di evaluasi adalah hasil-hasil yang nyata , yang dapat dilihat seperti silabus , satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh guru dan hasil-hasil siswa berupa hasil test , karangan termasuk tesis , makalah dan sebagainya. Dimensi III: OPERASI : disini evaluasi kesseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan ,desain , implementasi , administrasi , pengawasan, pemantauan dan penilainya. HASIL BELAJAR : disini yang di evaluasi ialah hasil belajar siswa bertalian tujuan kurikulum yang harus dicapai , dinilai berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan kurikulum , misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar. B. Proses dan Metodologi Penilaian Dibawah ini akan dijelaskan lima model secara singkat. 1) Model Diskrepansi Provus : Model ini termasuk model yang paling mudah direncanakan dan dilaksanakn. Disini kita hanya membandingkan hasil atau performance yang nyata dengan standar yang telah ditentukan. 2) Model Kontingensi-kontingensi Stake: Yang menarik perhatian Stake ialah bahwa hasil yang diharapkan oleh pengajar sering berbeda dengan hasil yang nyata menurut penilaian objektif oleh team ahli penilai eksternal. 3) Model CIPP Stufflebeam: CIPP (Context - Input - Process - Product = Konteks – Input – Proses –Produk ) adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam cs yan gbertujuan untuk membantu dalam perbaikan kurikulum ,tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dihentikan saja. 4) Model Transformasi Kualitatif Eisner : Eisner berpendapat bahwa pendidikan adalah kegiatan yang bercorak artistic selain mengandung unsure latihan. Jika mengajar-belajar pada hakikatnya artistic maka proses evaluasinya harus apa yang dilakukan dalam kritik seni. 5) Model Lingkaran – Tertutup Corrigan: Model ini mengandung komponen dari model evaluasi lainnya . cirri utama model currigan ini ialah adanya system balikan formatif – korektif selain proses evaluasi sumatif – terminal. Tiap hasil evaluasi mengenai tiap langkah digunakan sebagai balikan agar dapat vsegera di adakan perbaikan , dapat di isi kesenjangan atau di tiadakan tumpang-tindih . C. Data , Instrumen, dan Prosedur Pengumpulan Data yang di kumpulkan bagi evaluasi pad aumumnya termasuk dua kategori : (1) Data “keras” berupa fakta seperti score test , absensi , pembiayaan dan sebagainya. (2) Data “lunak” seperti persepsi dan pendapat orang yang dapat berbeda-beda. Alat yang di gunakan juga berbeda menurut model evaluasi dan tujuan evaluasi . alat pengumpul data keras pada pokoknya mengumpulkan data berupa score , jumlah , dan taraf atau skala. Prosedur pengumpulan data bergantung pada model yang digunakan , tersedianya data , serta sumber-sumber (manusia dan alat) yang ada. Misalnya untuk mengetahui mutu para lulusan yang telah menempuh kurikulum tertentu banyak factor yang harus dipertimbangkan ,antara lain: • Jumlah minimum yang diperluka agar dapat diadakan analisis • Jumlah orang yang tersedia melakukan survey itu • Waktu yang tersedia • Lokasi sampel populasi • Dsb D. Mengumpulkan , menyusun , dan mengolah data Prosedur pengumpulan data telah kita bicarakan sebelumnya . tugas pada langkah ini ialah mengorganisasikan data agar dapat diolah . Proses pengolahan secara statistic maupun analitik harus di uraikan dengan jelas dalam metodologi penilaian. E. Analisis dan Melaporkan Data Proses analisis data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi . Jika misalnya tujuan 1 telah jelas di paparkan , maka proses analisis langkah itu akan jelas pula . laporan evaluasi biasanya terdiri atas tiga hal , yakni : 1) Hasil-hasil , yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan data yang di kumpulkan 2) Kesimpulan ,yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup memadai untuk mendukung keputusan itu. 3) Rekomendasi , apakah cukup data untuk mendukung kelangsungan kurikulum , ataukah disarankan agar di jalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak. BAB VIII DESAIN RENCANA INSTRUKSIONAL PENGAJARAN EFEKTIF 1. Dasar Desain Instruksional Instruksional mempunyai dua dimensi (1) Dimensi kognitif , pengetahuan ,keterampilan (2) Dimensi afektif , kematangan, tanggung jawab dan inisiatif siswa Dimensi pertama berkenaan dengan bahan yang akan diajarkan , tujuan yang akan dicapai ,sedangkan dimensi kedua berkenaan dengan keadaan ,ciri-ciri dan taraf perkembangan siswa. Kedua dimensi itu dapat kita gambarkan dalam bentuk grafik. Kedua dimensi itu harus diperhitungkan dalam perencanaan kegiatan mengajar dan belajar pada tingkat mikro , yakni dalam menghadapi situasi belajar mengajar dalam kelas. Peranan guru ialah membantu siswa agar tumbuh dan berkembang dalam kedua dimensi itu dan oleh sebab itu pengajaran harus disesuaikan dengan kesiapan siswa berdasarkan kedua skala itu. 2. Pengajaran Efektif Intruksi atau pengajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dengan siswa atau juga antara sekelompok siswa, dengan tujuan untuk memperoleh pengetauan, keterampilan atau sikap, serta memantapkan apa yang dipelajari itu. Proses intruksional banyak didasarkan atas pedoman kurikulum yang telah disepakati bersama atau seperangkat tujan dan harapan yang mnjadi parameter yang akan diajarkan. A. Mengadakan Asesmen, mendiagnosis Asemen atau diagnosis diadakan pada beberapa fase yakni (1) pada permulaan proses intruksional, (2) selama proses mengajar, dan (3) pada akhirnya masing-masing asesmen mempunyai tujuan sendiri B. Perencanaan Perencanaan pengajaran terjadi pada dua tingkatan yakni a. Tingkat kurikulum umum (tingkat makro) b. Tingkat instruksional yang spesifik untuk pengajaran dalam kelas (tingkat makro) C. Pengajaran efektif Selama dua dekade ini telah dilakukan untuk usaha identifikasi karakteristik guru yang efektif. Efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa menguasai apa yang dijarkan guru itu. Tampaknya karakteristik mengajar berlaku bagi semua situasi mengajar dengan modifikasi berhubung dengan tingkat situasionalsiswa. Misalnya ciri-ciri mengajr efektif dapat langsung diterapkan dalam pengajaran direktif dan hingga batas tertentu juga bagi strategi mengajar asistif. D. Latihan dan Reinforcement Salah satu fungsi mengajar yang paling penting adalah membantu siswa melatih dan memantapkan pelajaran. “coaching” (latihan dan reinforcement ) sebagi usaha untuk memantapkan penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, harus direncanakan kegiatan-kegiatannya dan harus dipandang sebagai bagian integral dari persiapan pelajaran harian atau mingguan. BAB VIII MENGEMBANG KAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN MEMECAHKAN MASALAH Kompleksitas Pemecahan Masalah Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks dari pada yang diduga pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragam nya termasuk mengamati, melaporkan mendeskripsi, menganalisi, mengklasifikasi, menapsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Pendekatan-pendekatan dalam Pemecahan Masalah a. Pendekatan reaktif . pendekatan ini terdpat dalam situasi diman seseorang tiba-tiba dihadapkan dengan masalah yang harus sekejap itu di putuskan. b. Pendekatan antisipatif. Orang yang berantisipasi melihat masalah sewaktu mulai berkembang lalu ia secara sistematis memikirkan seperang kat alternatif lalu memilih salah satu diantaranya yang diduganya akan serasi menghadapi masalah itu. c. Pendekatan reflektif. Dalam hal ini seseorang mengambil waktu untuk memikirkan suatu masalah secara mendalam, menganalisis semua komponennya sambil menimbang dengan cermat tiap kemungkinan tindakan yang dapat diambil. d. Pendekatan impulsif. Seorang bertindak impulsif dalam menghadapi masalah bila ia mengikuti insting atau perasaan dair pada refleksi atau pemikirannya. Tipe-tipe Berpikir Kebanyakan pemikiran yang efektif menggunakan cara berpikir divergen dan konvergen pada saat tertentu. Berpikir divergen tanpaaknya paling bermanfaat pada taraf seseorang memulai proses pemecahan masalah. Berpikir konvergen adalah berpikir reduktif , yakni mereduksi masalah menjadi unit yang sekecil-kecil nya lalu menganalisis tiap unit dengan cermat. Cara Mengembangkan Keterampilan Berpikir Taraf Tinggi : Jika kita akui bahwa salah satu tujuan pendidikan yang penting ialah membantu siswa agar sanggup memecahkan masalah taraf tinggi mak ketermpilan berpikir harus dijadikan inti pokok kurikulum. Maka keterampilan berpikir tidak dapat tiada harus diajarkan secara lebih sistematis dan dengan disengaja unsur keterampilan berpikir. BAB IX PERENCANAAN INTRUKSIONAL UNTUK TUJUAN EFEKTIF Tujuan pendidikan nilai-nilai: Pendidikan nilai-nilai adlah proses membantu siswa menjajaki nilai-nilai yang mereka miliki secar kritis agar menimgkatkan mutu pemikiran dan perasaan mereka tentang nilai-nilai. Pendidikan Moral: Tujuan pendidikan moral ialah membantu siswa agar lebih mampu memberi pendapat yang bertangung jawab, adil dan matang mengenai orang lain. Pendidikan Afektif: Tujuan pendidikan afektif ialah membantu siswa agar ia meningkatkan dlam hierarki afektif yakni dari tiangkat paling bawah (menerima pernyataan tentang nilai-nilai) melalui tingkat merespon terhadap nilai-nilai, kemudian menghargainya meras komitmen terhadap nilai-nilai iut dan akhirnya menginternalisasi nila-nilai sbagi tingkat tertinggi dlam perkembangan afektif. Beberapa definisi Istilah: Kepercayaan (believe) adalah kumpulan fakta ataau pendapat tentang apa yang diterima sebagai benar indah atau adil. Sikap adalah seperangkat kepercayaan yang menentukan reperensi. Nilai-nilai adalah seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip sebagai ukuran bagikelakuan. Nilai-nilai dan penelitian Otak: Penelitian medis dan psikologis terdahulu tahun1950an yang disebut sebagai split brain research memnadang otak sebegai terdiri atas dua bagian terpisah, yang boleh diaktakan tidak saling berhubungan , yakni otak belahan kanan dan kiri. Dalam pendidikan para ahli menganjurkan adanya dua macam kurikulum, 1 untuk mengembangkan belahan otak kiri (ranah logis kognitif) da satu lagi untuk mengembang kan otak belahan kanan (ranah afektif dan kreatif.). Arah dan Intensitas valensi : Faktor lain yang mempengaruhi penerimaan informasi baru ialah tingkat kepercayaan kita tentang informasi itu keprcayaan itu, apakah informasi itu benar atau tidak, didasarkan atas pengalamn lampau yang tersimpan dalam sistem modul otak kita dan dapat diaktifkan oleh suatu stimulus anatara lain berupa perkataan (“sekolah”) atau gambar (sekolah). Mengajar adalah proses mengubah kelakuan Peran guru dalam proses itu ialah :  Menciptakan kesempatan bagi siswa untuk menerima dan menganalisis informasi baru  Membantu dan membimbing siswa agar memperoleh kelakuan baru, misalnnya mempelajari cara baru dalam berpikir, berbuat dan merasakan. BAB X PENDIDIKAN AFEKTIF, PERSPEKTIF HISTORIS DAN MODEL-MODEL PENDIDIKAN AFEKTIF Pengaruh filosofi sosial dalam pendidikan afektif Ada empat garis pikiran utam yang tampil dalam abad ke17,18 dan 19 yang memberi pengaruh besar terhadap hakikat pendidik afektif didunia barat. Pendekata-pendekatan ini diwakili oleh : 1)Thomas Hobbes (teori kontrak sosial),2)Jean Jacques Rousseau (naturalisme),3)Immanuel Kant (rasionalisme),4)Emile Dukheim (teori konteks sosial) Pengaruh psikologi terhadap pendidikan afektif Pendidikan afektif tidak hanya dipengaruhi oleh disiplin psikologi, akan tetapi untuk sebagian besar dikembagnkan oleh para ahli psikologi. Seperti Sigmund Freud, John Dewei,Jean Piaget, Pengaruh teori kpribadian terhadap pendidikan Afektif Ada teori kepribadian yang mencoba menjelaskan dimensi afektif berdasarkan ciri-ciri moral dalam kepribadian seperti kejujuran, kerelaan memberi dan berkorban dan sebagainya. Peck dan Havighurst: Kedua tokoh ini mendasarkan teorinya atas pandangan psiko-sosial mengenai motivasi moral manusia yaitu 1. Amoral 2. Expedient 3. Conformist 4. Irrational conscientious 5. Rational altruistic
»»  FULL READ....

Sabtu, 04 Juni 2011

Kenakalan-Kenakalan Anak:)

Dalam bab ini diterangkan uraian-uraian teoritis mengenai : pengertian anak atau remaja,jenis-jenis kenakalan anak , faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kenakalan anak atau remaja, akibat-akibat yang ditimbulkan dari kenakalan anak atau remaja, serta upaya penanggulangannya. A. Pengertian Kenakalan Anak Kenakalan berasal dari kata nakal. Kata nakal mempunyai dua arti yaitu : a. Suka berbuat kurang baik (tidak menurut, menggangu, jahil dan sebagainya, terutama bagi anak-anak). b. Buruk kelakuan. Apabila arti istilah kenakalan anak disimpulkan dari contoh-contoh dan keluh kesah para orangtua mengenai anak-anak mereka, maka dapat diketahui bahwa: Kenakalan anak merupakan tingkah laku anak yang menimbulkan persoalan bagi orang lain. Perumusan ini amat luas sehingga dapat dipertajam lagi dan dibagi menjadi dua macam sifat persoalan kenakalan, dari ringan atau beratnya akibat yang ditimbulkannya. a. Kenakalan Semu: dimana kenakalan anak bukan merupakan kenakalan bagi pihak-pihak lain. Bahkan menurut penilaian pihak ketiga, yang tidak langsung berhubungan, tingkah laku tersebut dibandingkan dengan anak sebaya, disekitarnya, walaupun tingkahlaku yang agak berlebih-lebihan akan tetapi masih dalam batas-batas normal dan masih sesuai dengan nilai-nilai moral. b. Kenakalan Sebenarnya: tingkahlaku, perbuatan anak yang merugikan dirinya sendiri atau orang lain, dan melanggar nilai-nilai moral maupun nilai-nilai sosial. Paradigma kenakalan anak atau remaja yang mengakibatkan kejahatan lebih luas cakupannya. Kenakalan anak atau remaja tersebut saat ini meliputi perbuatan-perbuatan yang sangat meresahkan di lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Sebagai contoh dari kenakalan ini antara lain : mencorat-coret tembok, pencurian dengan kekerasan, perkelahian antar pelajar, mengganggu wanita di jalan sehingga menimbulkan pemerkosaan atau pencabulan, sikap anak atau remaja yang memusuhi orang tuanya atau perbuatan-perbuatan lainnya yang tercela dan memprihatinkan bangsa dan Negara berupa menggunakan narkotika, pornografi dan kejahatan dunia maya (Cyber Crime). B. Jenis-jenis Kenakalan Anak Kenakalan dalam diri seorang anak merupakan perkara yang lazim terjadi. Tidak seorang pun yang tidak melewati tahap / fase negatif ini atau sama sekali tidak melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya menimpa beberapa golongan anak di suatu daerah tertentu saja. Dengan kata lain, keadaan ini terjadi di setiap tempat, lapisan dan kawasan masyarakat. Perbuatan anak yang menimbulkan kenakalan dan bahkan menyebabkan terjadinya kejahatan dapat dilihat melalui beberapa gejala tertentu. Antara lain, adanya ketidak laziman yang berkenaan dengan pola makan, bersenang-senang atau menjalankan tugas dan program pelajaran di sekolah atau instansi pendidikan lainnya. Bentuk kenakalan anak terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu : “kebetulan, kadang-kadang, dan habitual sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan titik patahan yang tinggi, medium dan rendah. Adapun jenis dan bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan oleh anak dibedakan menjadi beberapa macam : 1. Kenakalan biasa. 2. Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal. 3. Kenakalan khusus 1. Kenakalan biasa: Adalah suatu bentuk kenakalan anak yang dapat berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan, membolos dari sekolah dan lain sebagainya. 2. Kenakalan yang menjurus pada tindakan Kriminal: Adalah suatu bentuk kenakalan anak yang merupakan perbuatan pidana, berupa kejahatan yang meliputi : mencuri, mencopet, menodong, menggugurkan kandungan, memperkosa, membunuh, berjudi, menonton dan mengedarkan film porno, dan lain sebagainya. 3. Kenakalan Khusus: Adalah kenakalan anak yang diatur dalam Undang- Undang Pidana khusus, seperti kejahatan narkotika, psikotropika, kejahatan di internet (Cyber Crime), dan sebagainya. C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Anak Kenakalan anak tidak timbul dan ada begitu saja dalam setiap kehidupan, karena kenakalan-kenakalan tersebut mempunyai penyebab yang merupakan faktor terjadinya kejahatan anak atau remaja. Untuk mengetahui sebab musabab timbulnya kenakalan anak / remaja harus diperhatikan faktor- faktor dari dalam diri anak / remaja tersebut, faktor keluarga, lingkungan dan hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi seseorang anak itu melakukan kenakalan. Kenakalan anak yang sering terjadi di dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan anak / remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab dan tiap-tiap sebab dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu. faktor- faktor yang menjadi penyebab timbulnya kenakalan tersebut, antara lain : 1. Kondisi pertumbuhan. Adakalanya kenakalan seorang anak terjadi pada tahap-tahap pertumbuhannya. Sebagaimana yang sering kita saksikan, pada tahapan- tahapan tertentu, sang anak mulai menunjukkan kemandiriaannya dan tidak bersedia terikat dengan aturan apapun. Ia berusaha menundukkan orang lain dan menolak mengikuti setiap perintah. Dalam mencapai kemandiriannya, sang anak melakukan kenakalan dan berulah tertentu demi melancarkan protes (dengan kata-kata) atau kritikan. Dengan cara seperti inilah, ia ingin menunjukkan kepribadiannya. Kenakalan seperti ini harus segera diperbaiki. Dan sang anak harus segera dikembalikan ke dalam kondisinya yang normal dan alamiah. 2. Kerusakan syaraf. Sebagian anak-anak, dikarenakan kerusakan syarafnya, selalu mempersulit keadaan, bersikap sensitif, dan senang mencari-cari alasan. Ia memiliki banyak keinginan dan ingin segera mewujudkannya tanpa melalui pertimbangan yang matang. Ketika keinginannya dihambat, ia akan berulah dan berbuat nakal. Kerusakan syaraf ini besar kemungkinan berasal dari faktor genetik atau kondisi lingkungan yang kurang baik. Atau terkadang bersumber dari sejumlah penyakit lainnya. 3. Tidak memperhatikan kebutuhan anak. Adakalanya kenakalan seorang anak timbul lantaran faktor orang tua, khususnya ibu, yang tidak memperhatikan segenap kebutuhannya. Misalnya, sang anak meminta makan kepada ibunya, dan ibunya itu kemudian berkata, “bersabarlah!” mendengar jawaban itu, sang anak akan mulai menangis dan merengek-rengek menuntut pemenuhan keinginannya. Atau seorang anak yang suka makan (banyak), kemudian meminta makanan dari kedua orang tuanya. Memang, orang tuanya itu tidak menghalangi atau mencegah keinginannya. Namun pemberian mereka itu masih dianggap kurang oleh sang anak. Atau seorang anak menghendaki sesuatu dari toko, dan kedua orang tuanya tidak memenuhi keinginannya. Beberapa sebab anak menjalankan kenakalan adalah antara lain: a. Tidak menghiraukan apa yang diharapkan dari mereka b. Salah pengertian dari peraturan-peraturan yang ada c. Adanya keinginan menunjukkan kebebasan d. Ingin mendapat pujian dari teman-teman Beberapa macam perbuatan kenakalan anak khususnya kenakalan yang di rumah: a. Bertengkar dengan saudara-saudara b. Merusak milik orang-orang atau anak-anak lain di dalam rumah c. Berlaku kasar terhadap anggota keluarga yang telah dewasa d. Mengeluh-kesah dengan mencomel mengenai keaktifan-keaktifan rutin di rumah e. Mengabaikan keaktifan rutin-keaktifan rutin yang ada di rumah yang menjadi tanggung jawab f. Berdusta g. Berbuat sesuatu hal dengan diam-diam h. Membuang-buang segala sesuatu dengan sengaja Perbuatan-perbuatan kenakalan di sekolah : a. Mencuri b. Mengganggu c. Berdusta d. Mempergunakan kata-kata yang kasar dan kotor e. Merusak benda-benda milik sekolah dan membolos f. Membaca komik di dalam kelas pada waktu ada pelajaran g. Makan di waktu ada pelajaran h. Berbisik-bisik di waktu ada pelajaran i. Beramai-ramai , membuat keributan j. Melucu dengan berlebih-lebihan k. Bertengkar dengan anak-anak lain dan sebagainya. E. Upaya Penanggulangan Kenakalan Anak 1. Upaya disiplin dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu lingkungan terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan mendidik seorang anak atau remaja menjadi manusia dewasa seutuhnya. Kualitas rumah tempat tinggal dan lingkungannya adalah faktor eksternal yang menjadi stimulus atau rangsangan terhadap respon yang akan muncul pada anak atau remaja tersebut. Setiap stimulus / rangsangan dapat memberikan kepuasan atau ketidakpuasan pada diri anak yang bersangkutan, dan ini menjadi salah satu dasar yang dapat mempengaruhi kecenderungan berperilaku buruk / negatif. Anak yang telah terpengaruh oleh lingkungannya, maka dia pun tidak tanggung-tanggung dapat terjerumus dalam kejahatan pula. 2. Upaya pada lingkungan masyarakat Masyarakat sebagai lingkungan yang menjadi pengaruh bagi perkembangan seorang anak hendaknya dapat membina kestabilan lingkungannya. Dalam lingkungan masyarakat perlu diciptakan upaya-upaya untuk menanggulangi timbulnya kejahatan yang disebabkan oleh kenakalan anak atau remaja tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan di dalam lingkungan masyarakat dapat berupa perlindungan keamanan terhadap warganya, yakni dengan melakukan peningkatan keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat, melaksanakan ronda malam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dalam hal ini berupa upaya peningkatan keamanan wilayah, menciptakan kerukunan antar warga masyarakat, mempertebal tali silaturahmi sesama warga masyarakat dengan menciptakan organisasi sosial masyarakat serta menciptakan pemuda-pemudi masyarakat yang berdisiplin, bertanggung jawab dan taat kepada hukum melalui kegiatan kepemudaan atau keremajaan. 3. Upaya disiplin dalam kehidupan bernegara. Negara sebagai penunjang kehidupan warganya juga tidak terlepas pula dari perannya sebagai pencipta keamanan dan ketertiban dari kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah. Peraturan-peraturan hukum yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah, hendaknya tidak hanya menjadi kepentingan pihak tertentu saja. Aturan-aturan hukum tersebut baiknya mengatur secara mendasar dan menyeluruh mengenai peri kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
»»  FULL READ....