ASSLAMUALAYKUM WELCOME TO MY BLOG INSYA ALLAH BERMANFAAT
KALAU PENGEN BACA, TERLEBIH DAHULU KLIK DI JDUL BCAAN/LINK POSTINAGAN/DI FULL READ:

Minggu, 17 April 2011

Perubahan Sosial & Kebudayaan

A. Definisi Perubahan Sosial Para sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Supaya tidak timbul kekaburan, pembicaraan akan dibatasi lebih dahulu pada perubahan-perubahan sosial. Selo Soemardjan berpendapat bahwa perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai ,sikap-sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Banyak para sosiolog dan ahli-ahli lainnya yang mengemukakan tentang teori-teori perubahan social dan kebudayaan. Perbedaan-perbedaan cara pemahaman konsep perubahan social di atas sudah tentu akan berpengaruh pada kajian-kajian substansi perubahan social, terutama yang bersangkut paut dengan perbedaan dengan masalah-masalah berikut: (1) tingkat perubahan (makro-mikro); (2) kesinambungan (dan arah gerak perubahan dari mikro ke makro dan sebaliknya). B. Teori-teori perubahan social  Teori evolusioner social: masyarakat sebagai perkembangan dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk-bentuk yang lebih kompleks. Mereka percaya bahwa masyarakat-masyarakat yang berada pada tahap-tahap pembangunan yang lebih maju akan lebih progresif daripada masyarakat-masyarakat lainnya.  Teori siklus: (cyclical theories) teori ini berpendapat masyarakat itu berputar melewati tahap-tahap yang berbeda-beda, akan tetapi taha-tahap ini lebih bersifat berulang daripada bergerak seperti yang di utarakan oleh teori evolusioner.  Teori keseimbangan: menurut teori ini masyarakat terdiri dari sejumlah bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain, dimana masing-masing bagian-bagian ini membantu keefektifan masyarakat. Sehingga jika terjadi perubahan-perubahan social yang yang mengganggu salah satu dari bagian-bagian tersebut yang kemudian menggoyahkan masyarakat, maka akan ada perubahan-perubahan social tambahan yang akan terjadi dalam bidang-bidang lain masyarakat. Hal ini akan mengembalikan masyarakat ke dalam kedudukan yang harmonis dan timbullah keseimbangan.  Teori konflik: para sosiolog yang menganut teori konflik memandang masyarakat sebagai ‘mass of group’ yang selalu berselisih satu sama lain. Karena kelompok-kelompok ini bersaing untuk memperoleh barang-barang dan sumber daya yang ada maka terjadilah perubahan-perubahan social. C. Pengertian kebudayaan Kebudayaan bisa diartikan sebagai keseluruhan tingkah laku dan kepercayaan yang dipelajari yang merupakan ciri anggota suatu masyarakat tertentu. Kata kunci dari definisi di atas adalah di pelajari, yang membedakan antara kebudayaan dengan tindakan yang merupakan warisan biologis manusia. Kebudayaan dalam arti yang luas adalah suatu keadaan akibat perilaku manusia yang secara perorangan atau kelompok, bermasyarakat dan bernegara yang dapat mempengaruhi kehidupan yang damai dan tenteram, sejahtera dalam arti bahwa semua dapat hidup sehat diatas garis kemiskinan, tidak membedakan suku, etnik, ras dan jenis kelamin, tidak mencemari dan merusak lingkungan, yang secara demokratis menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia, memberi kebebasan untuk beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan dapat menikmati pendidikan sesuai bakat dan keinginannya oleh Bacharuddin Jusuf Habibie. Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan oleh R. Soekmono. kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar oleh Antropolog Koentjaraningrat. Secara etimologis akar mata kebudayaan ialah budaya kata ini berasal dari sansekerta budi yang dijamakan menjadi budaya. Kemudian di bentuk kata budidaya, artinya kekuatan budi jadi kebudayaan adalah apa saja yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia. Karena manusia tidak hanya bekerja dengan kekuatan budinya, tetapi juga dengan perasaan , fantasia atau imaginasi dan dengan kehendaknya; maka lebih lengkap jika kebudyaan diungkapkan sebagai hasil cita karsa dan rasa. Bangsa Romawi menyebut kebudayaan dengan cultura (latin) yang berasal dari kata kerja colere, artinya bercocock tanam, bertani. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan bermula dari lingkungan pertanian. Bangsa barat yang lain memakai kata cultura namun dengan ucapan yang sedikit berbeda : culture (Inggris), kultur (Jerman), kultuur (Belanda). Sesungguhnya terdapat banyak sekali (lebih dari 150) definisi kebudayaan yang telah dibuat oleh para ahli kebudayaan dan ahli sosiologi perbedaan definisi-definisi itu terletak pada lingkup pengertian kebudayaan yang hendak di cakup. Definisi yang lingkupnya luas mencakup juga jenis produk hasil kegiatan manusia yang sifatnya material yang dapat dihitung dalam bilangan statistik. Definisi yang dipakai sosiologi, seperti yang dirumuskan diatas, tidak memasukkan kategori hasil usaha manusia yang berupa (material culture ) karena sosiologi terutama mempelajari tingkah laku manusia yang kurang lebih teratur . aspek yang menarik bukan lah tindakan itu sendiri, melainkan sebab-sebab tindakan manusia dalam masyarakat itu menunnjukkan keteraturan tertentu yang kurang lebih sama dari waktu kewaktu, dari tempat yang satu ketempat yang lain: mengapa manusia tidak bertindak senaknya sendiri, tetapi mengindahkan patokan tertentu; mengapa ia seakan-akan terikat pada suatu pola kelakuan yang menjadi milik bersama dari masyarakat. Tindakan manusia adalah fakta yang dapat diamati dan dipelajari. Yang menarik untuk dibahas dalam sosiologi adalah produk cita rasa (kebudayaan) mana yang diinginkan sebagai pola kelakuan yang harus ditaati setiap warga masyarakat yang bersangkutan;apakah pola kelakuan itu merupakan potongan-potongan yang terpisah satu dan yang lain atau merupakan bagian dari satu system social yang bulat, satu jaringan yang kait-mengkait yang menguasai masyarakat seluruhnya. D. Hubungan antara perubahan social dan perubahan kebudayaan Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan social dengan perubahan-perubahan kebudayaan. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas. Sudah barang tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan-perubahan dalam kebudayaan tidak perlu memengaruhi system social. Sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan social dan perubahan kebudayaan karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Contoh: perubahan-perubahan dalam model pakaian dan kesenian dapat terjadi tanpa memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan atau system social.

0 komentar:

Posting Komentar