ASSLAMUALAYKUM WELCOME TO MY BLOG INSYA ALLAH BERMANFAAT
KALAU PENGEN BACA, TERLEBIH DAHULU KLIK DI JDUL BCAAN/LINK POSTINAGAN/DI FULL READ:

Sabtu, 25 Juni 2011

KURIKULUM DAN PENGAJARAN

BAB I KONSEP-KONSEP DASAR KURIKULUM DAN PENGAJARAN A. Pengertian Kurikulum Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disususn untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Ada sejumlah ahli teori kuriklum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikulum yang formal juga kegiatan yang tak formal. Kurikulum formal meliputi: • Tujuan pelajaran, umum dan spesifik • Bahan pelajaran yan tersusun sistematis • Strategi belajar mengajar serta kegiatanya • Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatanyang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal. B. Proses pengembangan kurikulum Dalam pengembangan kurikulum tedapat dan proses utama,yakni pengembangan pedoman instruksional. 1. Pedoman kurikulum meliputi • Latar belakang • Silabus • Desain evaluasi • Pedoman instruksional 2. Pedoman instruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan silabus C. Pedoman kurikulum Pedoman kurikulum disusun untuk menetukan dalamgaris besarnya: • Apa yang akan dijarkasn (ruang lingkup scope) • Kepada siapadiajarkan • Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa • Dalam urutan yang bagaimana BAB II DETERMINAN KURIKULUM A. Determinan filosofis Filsafat dapat dirumuskan sebagai studi tentang Metafisika : apakah hakikat kenyataan atau realitas? epistemologi : apakah hakikat pengetahuan? aksiologi : apakah hakikat nilai? Etika : apakah hakiakt kebaikan? Estetika : apakah hakikat keindahan? Logika : apakah hakikat penalaran? Pengembangan kurikulumyang mempunyai posisi ang jelas tentang pertanyaan-pertanyaan filosofis diatas telah memiliki dasar yang memungkinkanya mengambil keputusan yang sehat dan konsisten. Akan tetapi dalam mengembangkan kurikulum ia tidak hanya menonjolkan falsafah pribadinya, akan tetapi harus mempertimbangkan falsafah Negara, falsafah lembaga pendidikan serta staf pengajarnya. a) Falsafah bangsa Bagaimana punhakikat falasafah nasional, falsafah itu selalu harus dijadikan kerangka utama yang mengendalikan penyelenggaraan lembaga-lembaga pendidikan dinegara yang bersangkutan dan oleh karena itu akan mempengaruhi semua keputusan dalam pengembangan kurikulum. b) Falsafah lembaga pendidikan Kita di Indonesia telah memiliki falsafah nasional yang tegas, pancasila yang berfungsi sebagaipegangan bagi lembaga pendidikanuntuk pengembangan falsafah atau pandangan masing-masing sesuai dengan missi dan tujuan nasional serta nilai-nilai masyarakat yang dilayaninya. c) Falsafah pengajaran guru Tiap guru harus mempunyai gambaran yang jelas mengenai falsafahlembga pendidikan tempat ia bekerja. Sebaiknya falasafah guru sendiri konsisten dengan falsafah sekolahagar ia dapat membimbing siswa kearah tujuan pendidikan seperti dirumuskandlam kurikulumguru selalu terlibat dank arena itumemasukkan falsafahnya dlam perencanaa, organisasi dan penyampaian pelajaran. d) DETERMINAN SOSIOLOGIS Tiap kurikulum mencermika keinginan, cita-cita , tuntutan dan kebutuhan masyarakat, sekolahmemang didirikan oleh dan untuk masyarakat. Sudah sewajarnya pendidikan harusmemperhatikan danmerespon terhadap suara-suara dalam masyarakat. Pendidikan tak dpat tiada harus member jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari desakan dan tekanan dari kekuatan-kekuatan sosio-politik-ekonomi yang dominan pada saat tertentu. DETERMINAN PSIKOLOGIS Determinan ini mempunyai dua dimensi yang saling berkaitan yaitu : 1) Teori belajar (bagimana sebenarnya siswa belajar) Walaupun bannyak macam-macam teori belajar yang menunjukan perbedaan halus antarayang satu dengan yang satu lagi, pada pokonya terdapat lima kelompok teori belajar utma yakni : (1) Behhaviorisme (2) Psikologi daya (3) Perkembangan kogitif (4) Teori lapangan(teori gestalt) (5) Teori kpribadian 2) Hakikat peljarsecara individual anatara laian berkenaan dengna taraf : • Motivasi • Kesiapan • Kematangan intelektual • Kemtangna emosional • Latar belakng pengalaman BAB III PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDEKATAN-PENDEAKTAN BIDANG KURIKULUM 1. Pendekatan bidang studi ( pendekatan subjek atau disiplin ilmu) Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini sesuai dengan falsafah realisme. 2. Pendekatan interdisipliner Masalah-masalah dalam kehidupan tidak hanya melibatkan satu disiplin, akan tetapi memrlukan berbagai ilmu secara interdisipliner. Dibawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan interdisipiner dalam pengembangan kurikulum a. Pendekatan “broad-field” Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disipli atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam pakum atau kehampaan akakn tetapi merupakan bagian integraldari kehidupan manusia. b. Pendekatan kurikulum inti ( core curriculum) Kurikulum diberikan berdasarkan suatu masalah social atau personal. Untuk memecahkan masalah digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan msalah itu. c. Pendekatan kurikulum inti di perguruan tinggi Istilah inti (core) juga digunakan dalalm kurikulum perguruan tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang dimbil dari semua disiplin ilmu yang dianggap layak dimilik oleh tiap orang terdidik dan terpelajar. d. Pendekatan kurikulum fusi Kurikulum ini memfusikan atau menyatukan dua atau lebih disiplin tradisional menjadi bidang studi baru, misalnya : geografi+ geologi + botani +arkeologi menjadi earth sciences. 3. Pendekatan rekonstruksionisme Pendekatan ini juga disebut rekonstruksi social karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, rasialisme, interdependensi globalkemiskinan dan lain-lain. (1) Rekunstruksionisme konservatif aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat. 4. Rekonstruksionisme radikal pendekatan ini berpendapat bahwa banyak Negara mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat. 5. Pendekatan “accountability” Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. 6. Pendektan pembanguan nasional: Pendekatan in mengandung tiga unsur : (1) Pendekatan kewarganegaraan berorientasi pada system politik negara yang menentukan peranan hak dan kewajiban tiap warga negara (2) Pendidikan sebagai alat pembangunna nasional tujuan pendidikan ini ialah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangnan . untuk itu harus diaadakan proyeksi kebutuhan tanaga kerja yang cermat. (3) Pendididkan keterampilan untuk kehidupan praktis BAB IV TUJUAN PENGAJARAN 1. Tujuan Pengajaran Kita mengenal berbagai tingkat tujuan dalam pengembangan kurikulum yakni tujuan dalam pengembangan kurikulum yang tujuan intitusional yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan seperti SD,SMP,atau univertas yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan institusionaldiharapkan dicapaimelalaui kurikulumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan institusional sama dengan tujuan kurikuler dalam keseluruhannya. Tujuan umum ini memberikan arah dan tidak dirumuskan dalam bentuk kelakuan yang dapat diukur. Tujuan umum ini menentukan apa yang harus dicapai, bukan alat, artinya tidak member petunjuk bagaiman proses belajar mengajar akan dilakukan. Tujuan umum sering mencakup hasil belajar dalam ketiga ranah , kognitif, afektif, dan psikomotor. 2. Ranah Belajar A. Ranah Kognitif Rnah ini mempunyai enam tingkatan dari yang paling rendah : 1. Pengetahuan • Mengenai : fakta, istilah kejadian, perbuatan • Urutan, klasifikasi, penggolongan, criteria metodologi • Prinsip dan generalisasi • Teori dan struktur 2. Pemahaman • Terjemah, tafsirn, ekstrapolasi 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis • Yang menghasilkan hubungan yang has, rencana atau langkah-langkah tindakan, perangkat hubungan abstrak 6. Evaluasi • Member pandangan dan penilain berdasarkan bukti internal dan / atau criteria eksternal B. Ranah Afektif hasil belajar afektif tidak dapat dilihat bahkan diukur seperti halnya dalam bidang kognitif. Guru tak dapat langsung mengetahui apa yang bergejolak dalam hati anak, apa yang dirasakannya atau dipercayainya yang dapat diketahui hanya ucapan verbal serta kelakuan non verbal seperti ekspresi pada wajah, gerak gerik tubuh sebagai indicator apa yang terkandung dalam hati siswa. Ranah afektif seperti yang dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia, dalam garis besarnya sebagai berikut : 1. Menerima (memperhatikan) menaruh perhatian, ada kepekaan terhadap adanya kondisi,gejala, keadaan atau masalah tertentu. 2. Merespon, member reaksi terhadap suatu gejala dans ebagainya secara terbuka, melakuakn sesuatu ssebagai respon terhadao gejala itu. 3. Menghargai, member penilaian atau kepercayaan kepada sesuatu gejala yang cukup konsisten 4. Organisasi, mengembangkan nilai-nilai sebagai suatu system, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu 5. Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai. C. Ranah psikomotor Garis besar ranah psikomotor ini adalah : 1) Gerak reflex,2)Gerak dasar yang fundamental,3)Keterampilan perceptual,4)Keterampilan fisik,5)Gerak terampil,6)Komunikasi dan non diskursif( hubungan tanpa bahasa melainkan melalui gerakan). 3. Perumusan masalah Ketiga ranahbelajar harus diperhatikan dengasn cermat dalam perumusan tujuan umum, TIU maupun TIk. Pendisain kurikuum harus merumuskan dengan jelas apakah yang diharapkan sebagai hasil belajar siswa apakah tuuan pembelajaran. Petak konsep Kemkoff Peta konsef Kemkoff dapat membantu pengembangn kurikulum untuk menganalisi tujuan pembelajaran, baik TU, TIU, maupaun TIK. Selain itu petak ini membutuhkan memelihara “konstek” yaitu hubungan antara tujuan pelajaran dengan segala variable yang mempengaruhi kurikulum, sehingga kurikulum berfungsui sesuai dengan ap yang harus dicapainya. BAB V STRATEGI DAN SUMBER MENGAJAR A. Rasional Strategi dan sumber mengajar bagian yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum agar apa yang direncanakan dapat dilakasanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber mengajar lebih terjamin bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan dikuasai dan dimiliki siswa. B. Strategi Mengajar Strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu rinci dan bervariasi disbanding dengan kegiatan belajar siswa seprti yang dicantumkan dlam rencana instruksional atau persiapan suatu pembelajaran. Memilih Strategi Mengajar: Agar dapat dipilih strategi mengajar yagn serasi , harus diperhitungkan tujun ayng ingin dicapai, baik TU, maaupun TIU dan TIK. Sering terjadi bahwa pengjar telah merumuskan tujuan instruksional yang baik, akan tetapimenggunkan strategi mengajar ayng tidak serasi dengan hasilbvelajar ytang diharapkan. Pedoman Kurikulum dan Strategi Mengajar : Pedoman kurikulum dapat menyajikan ide-ide yang dapat digunakan pengajar untuk mengembangkan kegiatan belajar siswa. Untuk mencapai suatu tujuan , misalnya TIK dapat digunakan satu strategi mengajar , tetapi ada kemungkinan menggunakan satu strategi mengsjsr untuk beberapa tujuan. Sumber mengajar sudah harus diusahakn pada tingkat pedoman kurikulum. Pada taraf ini hendaknya dikerahkan sedapat mungkin tenaga pengajar untuk bersama-sama menyiapkan segala sumber mengjar yang diperlukan . ini dilakukan pada perguruan tinggi yang harusemnyuisun kurikulum sendiri. BAB VI MENDESAIN RENCANA EVALUASI 1. Dasar-Dasar Evaluasi Kurikulum Evaluasi Kurikulum bermacam-macam tujuannya . yang paling penting di antaranya ialah : (1) Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan kea rah tujuan yang telah di tentukan (2) Menilai efektivitas kurikulum (3) Menentukan factor biaya , waktu , dan tingkat keberhasilan kurikulum Desain evaluasi kurikulum mungkin bagian yang paling di anaktirikan dala,m pengembangan pedoman kurikulum, dan proses evaluasi mungkin aspek yang paling di salah gunakan dan paling tidak dipahami. Akan tetapi sebaliknya evaluasi kurikulum yang paling sulit untuk dilaksanakan. Seringkali kita lihat bahwa kurikulum di rombak tanpa evaluasi yang sistematis. 2. Desain evaluasi Desain evaluasi menguraikan tentang (1) data yang harus di kumpulkan ,(2) analisis data “membuktikan” nilai dan efektivitas kurikulum. Yakni: A. Merumuskan tujuan evaluasi B. Mendesain proses dan metodologi evaluasi C. Menspesifikkan data yang diperlukan untuk menyusun instrument bagi proses pengumpulan data. D. Mengumpulkan , menyusun dan mengolah data E. Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil kesimpulan dan rekomendasi A. Tujuan evaluasi :Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat di tinjau dari tiga dimensi , yakni dimensi I (formatif-sumatif) ,dimensi II (proses-produk) , dan dimensi III (operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa). Dimensi I : FORMATIF : evalusi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum. SUMATIF: Proses evaluasi dilakukan paa akhir jangka waktu tertentu (misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau setelah lima tahun untuk mengetahui efiktivitas kurikulum dengan menggunakan semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi kurikulum. Dimensi II :PROSES : yang di evaluasi adalah metode dan proses dalam pelaksanaan kurikulum . PRODUK: yang di evaluasi adalah hasil-hasil yang nyata , yang dapat dilihat seperti silabus , satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh guru dan hasil-hasil siswa berupa hasil test , karangan termasuk tesis , makalah dan sebagainya. Dimensi III: OPERASI : disini evaluasi kesseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan ,desain , implementasi , administrasi , pengawasan, pemantauan dan penilainya. HASIL BELAJAR : disini yang di evaluasi ialah hasil belajar siswa bertalian tujuan kurikulum yang harus dicapai , dinilai berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan kurikulum , misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar. B. Proses dan Metodologi Penilaian Dibawah ini akan dijelaskan lima model secara singkat. 1) Model Diskrepansi Provus : Model ini termasuk model yang paling mudah direncanakan dan dilaksanakn. Disini kita hanya membandingkan hasil atau performance yang nyata dengan standar yang telah ditentukan. 2) Model Kontingensi-kontingensi Stake: Yang menarik perhatian Stake ialah bahwa hasil yang diharapkan oleh pengajar sering berbeda dengan hasil yang nyata menurut penilaian objektif oleh team ahli penilai eksternal. 3) Model CIPP Stufflebeam: CIPP (Context - Input - Process - Product = Konteks – Input – Proses –Produk ) adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam cs yan gbertujuan untuk membantu dalam perbaikan kurikulum ,tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dihentikan saja. 4) Model Transformasi Kualitatif Eisner : Eisner berpendapat bahwa pendidikan adalah kegiatan yang bercorak artistic selain mengandung unsure latihan. Jika mengajar-belajar pada hakikatnya artistic maka proses evaluasinya harus apa yang dilakukan dalam kritik seni. 5) Model Lingkaran – Tertutup Corrigan: Model ini mengandung komponen dari model evaluasi lainnya . cirri utama model currigan ini ialah adanya system balikan formatif – korektif selain proses evaluasi sumatif – terminal. Tiap hasil evaluasi mengenai tiap langkah digunakan sebagai balikan agar dapat vsegera di adakan perbaikan , dapat di isi kesenjangan atau di tiadakan tumpang-tindih . C. Data , Instrumen, dan Prosedur Pengumpulan Data yang di kumpulkan bagi evaluasi pad aumumnya termasuk dua kategori : (1) Data “keras” berupa fakta seperti score test , absensi , pembiayaan dan sebagainya. (2) Data “lunak” seperti persepsi dan pendapat orang yang dapat berbeda-beda. Alat yang di gunakan juga berbeda menurut model evaluasi dan tujuan evaluasi . alat pengumpul data keras pada pokoknya mengumpulkan data berupa score , jumlah , dan taraf atau skala. Prosedur pengumpulan data bergantung pada model yang digunakan , tersedianya data , serta sumber-sumber (manusia dan alat) yang ada. Misalnya untuk mengetahui mutu para lulusan yang telah menempuh kurikulum tertentu banyak factor yang harus dipertimbangkan ,antara lain: • Jumlah minimum yang diperluka agar dapat diadakan analisis • Jumlah orang yang tersedia melakukan survey itu • Waktu yang tersedia • Lokasi sampel populasi • Dsb D. Mengumpulkan , menyusun , dan mengolah data Prosedur pengumpulan data telah kita bicarakan sebelumnya . tugas pada langkah ini ialah mengorganisasikan data agar dapat diolah . Proses pengolahan secara statistic maupun analitik harus di uraikan dengan jelas dalam metodologi penilaian. E. Analisis dan Melaporkan Data Proses analisis data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi . Jika misalnya tujuan 1 telah jelas di paparkan , maka proses analisis langkah itu akan jelas pula . laporan evaluasi biasanya terdiri atas tiga hal , yakni : 1) Hasil-hasil , yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan data yang di kumpulkan 2) Kesimpulan ,yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup memadai untuk mendukung keputusan itu. 3) Rekomendasi , apakah cukup data untuk mendukung kelangsungan kurikulum , ataukah disarankan agar di jalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak. BAB VIII DESAIN RENCANA INSTRUKSIONAL PENGAJARAN EFEKTIF 1. Dasar Desain Instruksional Instruksional mempunyai dua dimensi (1) Dimensi kognitif , pengetahuan ,keterampilan (2) Dimensi afektif , kematangan, tanggung jawab dan inisiatif siswa Dimensi pertama berkenaan dengan bahan yang akan diajarkan , tujuan yang akan dicapai ,sedangkan dimensi kedua berkenaan dengan keadaan ,ciri-ciri dan taraf perkembangan siswa. Kedua dimensi itu dapat kita gambarkan dalam bentuk grafik. Kedua dimensi itu harus diperhitungkan dalam perencanaan kegiatan mengajar dan belajar pada tingkat mikro , yakni dalam menghadapi situasi belajar mengajar dalam kelas. Peranan guru ialah membantu siswa agar tumbuh dan berkembang dalam kedua dimensi itu dan oleh sebab itu pengajaran harus disesuaikan dengan kesiapan siswa berdasarkan kedua skala itu. 2. Pengajaran Efektif Intruksi atau pengajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dengan siswa atau juga antara sekelompok siswa, dengan tujuan untuk memperoleh pengetauan, keterampilan atau sikap, serta memantapkan apa yang dipelajari itu. Proses intruksional banyak didasarkan atas pedoman kurikulum yang telah disepakati bersama atau seperangkat tujan dan harapan yang mnjadi parameter yang akan diajarkan. A. Mengadakan Asesmen, mendiagnosis Asemen atau diagnosis diadakan pada beberapa fase yakni (1) pada permulaan proses intruksional, (2) selama proses mengajar, dan (3) pada akhirnya masing-masing asesmen mempunyai tujuan sendiri B. Perencanaan Perencanaan pengajaran terjadi pada dua tingkatan yakni a. Tingkat kurikulum umum (tingkat makro) b. Tingkat instruksional yang spesifik untuk pengajaran dalam kelas (tingkat makro) C. Pengajaran efektif Selama dua dekade ini telah dilakukan untuk usaha identifikasi karakteristik guru yang efektif. Efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa menguasai apa yang dijarkan guru itu. Tampaknya karakteristik mengajar berlaku bagi semua situasi mengajar dengan modifikasi berhubung dengan tingkat situasionalsiswa. Misalnya ciri-ciri mengajr efektif dapat langsung diterapkan dalam pengajaran direktif dan hingga batas tertentu juga bagi strategi mengajar asistif. D. Latihan dan Reinforcement Salah satu fungsi mengajar yang paling penting adalah membantu siswa melatih dan memantapkan pelajaran. “coaching” (latihan dan reinforcement ) sebagi usaha untuk memantapkan penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, harus direncanakan kegiatan-kegiatannya dan harus dipandang sebagai bagian integral dari persiapan pelajaran harian atau mingguan. BAB VIII MENGEMBANG KAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN MEMECAHKAN MASALAH Kompleksitas Pemecahan Masalah Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks dari pada yang diduga pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragam nya termasuk mengamati, melaporkan mendeskripsi, menganalisi, mengklasifikasi, menapsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Pendekatan-pendekatan dalam Pemecahan Masalah a. Pendekatan reaktif . pendekatan ini terdpat dalam situasi diman seseorang tiba-tiba dihadapkan dengan masalah yang harus sekejap itu di putuskan. b. Pendekatan antisipatif. Orang yang berantisipasi melihat masalah sewaktu mulai berkembang lalu ia secara sistematis memikirkan seperang kat alternatif lalu memilih salah satu diantaranya yang diduganya akan serasi menghadapi masalah itu. c. Pendekatan reflektif. Dalam hal ini seseorang mengambil waktu untuk memikirkan suatu masalah secara mendalam, menganalisis semua komponennya sambil menimbang dengan cermat tiap kemungkinan tindakan yang dapat diambil. d. Pendekatan impulsif. Seorang bertindak impulsif dalam menghadapi masalah bila ia mengikuti insting atau perasaan dair pada refleksi atau pemikirannya. Tipe-tipe Berpikir Kebanyakan pemikiran yang efektif menggunakan cara berpikir divergen dan konvergen pada saat tertentu. Berpikir divergen tanpaaknya paling bermanfaat pada taraf seseorang memulai proses pemecahan masalah. Berpikir konvergen adalah berpikir reduktif , yakni mereduksi masalah menjadi unit yang sekecil-kecil nya lalu menganalisis tiap unit dengan cermat. Cara Mengembangkan Keterampilan Berpikir Taraf Tinggi : Jika kita akui bahwa salah satu tujuan pendidikan yang penting ialah membantu siswa agar sanggup memecahkan masalah taraf tinggi mak ketermpilan berpikir harus dijadikan inti pokok kurikulum. Maka keterampilan berpikir tidak dapat tiada harus diajarkan secara lebih sistematis dan dengan disengaja unsur keterampilan berpikir. BAB IX PERENCANAAN INTRUKSIONAL UNTUK TUJUAN EFEKTIF Tujuan pendidikan nilai-nilai: Pendidikan nilai-nilai adlah proses membantu siswa menjajaki nilai-nilai yang mereka miliki secar kritis agar menimgkatkan mutu pemikiran dan perasaan mereka tentang nilai-nilai. Pendidikan Moral: Tujuan pendidikan moral ialah membantu siswa agar lebih mampu memberi pendapat yang bertangung jawab, adil dan matang mengenai orang lain. Pendidikan Afektif: Tujuan pendidikan afektif ialah membantu siswa agar ia meningkatkan dlam hierarki afektif yakni dari tiangkat paling bawah (menerima pernyataan tentang nilai-nilai) melalui tingkat merespon terhadap nilai-nilai, kemudian menghargainya meras komitmen terhadap nilai-nilai iut dan akhirnya menginternalisasi nila-nilai sbagi tingkat tertinggi dlam perkembangan afektif. Beberapa definisi Istilah: Kepercayaan (believe) adalah kumpulan fakta ataau pendapat tentang apa yang diterima sebagai benar indah atau adil. Sikap adalah seperangkat kepercayaan yang menentukan reperensi. Nilai-nilai adalah seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip sebagai ukuran bagikelakuan. Nilai-nilai dan penelitian Otak: Penelitian medis dan psikologis terdahulu tahun1950an yang disebut sebagai split brain research memnadang otak sebegai terdiri atas dua bagian terpisah, yang boleh diaktakan tidak saling berhubungan , yakni otak belahan kanan dan kiri. Dalam pendidikan para ahli menganjurkan adanya dua macam kurikulum, 1 untuk mengembangkan belahan otak kiri (ranah logis kognitif) da satu lagi untuk mengembang kan otak belahan kanan (ranah afektif dan kreatif.). Arah dan Intensitas valensi : Faktor lain yang mempengaruhi penerimaan informasi baru ialah tingkat kepercayaan kita tentang informasi itu keprcayaan itu, apakah informasi itu benar atau tidak, didasarkan atas pengalamn lampau yang tersimpan dalam sistem modul otak kita dan dapat diaktifkan oleh suatu stimulus anatara lain berupa perkataan (“sekolah”) atau gambar (sekolah). Mengajar adalah proses mengubah kelakuan Peran guru dalam proses itu ialah :  Menciptakan kesempatan bagi siswa untuk menerima dan menganalisis informasi baru  Membantu dan membimbing siswa agar memperoleh kelakuan baru, misalnnya mempelajari cara baru dalam berpikir, berbuat dan merasakan. BAB X PENDIDIKAN AFEKTIF, PERSPEKTIF HISTORIS DAN MODEL-MODEL PENDIDIKAN AFEKTIF Pengaruh filosofi sosial dalam pendidikan afektif Ada empat garis pikiran utam yang tampil dalam abad ke17,18 dan 19 yang memberi pengaruh besar terhadap hakikat pendidik afektif didunia barat. Pendekata-pendekatan ini diwakili oleh : 1)Thomas Hobbes (teori kontrak sosial),2)Jean Jacques Rousseau (naturalisme),3)Immanuel Kant (rasionalisme),4)Emile Dukheim (teori konteks sosial) Pengaruh psikologi terhadap pendidikan afektif Pendidikan afektif tidak hanya dipengaruhi oleh disiplin psikologi, akan tetapi untuk sebagian besar dikembagnkan oleh para ahli psikologi. Seperti Sigmund Freud, John Dewei,Jean Piaget, Pengaruh teori kpribadian terhadap pendidikan Afektif Ada teori kepribadian yang mencoba menjelaskan dimensi afektif berdasarkan ciri-ciri moral dalam kepribadian seperti kejujuran, kerelaan memberi dan berkorban dan sebagainya. Peck dan Havighurst: Kedua tokoh ini mendasarkan teorinya atas pandangan psiko-sosial mengenai motivasi moral manusia yaitu 1. Amoral 2. Expedient 3. Conformist 4. Irrational conscientious 5. Rational altruistic

0 komentar:

Posting Komentar