ASSLAMUALAYKUM WELCOME TO MY BLOG INSYA ALLAH BERMANFAAT
KALAU PENGEN BACA, TERLEBIH DAHULU KLIK DI JDUL BCAAN/LINK POSTINAGAN/DI FULL READ:

Kamis, 20 Januari 2011

MEDIA TELEVISI


ARTIKEL MEDIA TELEVISI BESERTA ANALISISNYA
1.      DEFINISI TELEVISI
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara dapat didengar. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudap dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Dengan demikian, ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara; yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran program yang telah direkam diatas pita film atau pita video. Ketika kita menyaksikan siaran peristiwa di suau tempat, kita seakan-akan mengamati dan menjalani pengalaman kehidupan nyata. Kita dapat mendengar dan melihat bahkan merasakannya.
              Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang meyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu televisi pendidikan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
• Dituntun oleh instruktur, maksudnya didampingi oleh seorang instruktur atau guru yang menuntun siswa melalui pengalaman-pengalaman visual.
• Sistematis, maksudnya siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.
• Teratur dan berurutan, maksudnya siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya.
• Terpadu, maksudnya siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah.
 2. PERAN TELEVISI
Pentingnya Media Televisi Dalam Dunia Pendidikan Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan arus globalisasi, maka sangatlah besar peran media televisi untuk mempengaruhi perkembangan pendidikan anak. Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan arus globalisasi, maka sangatlah besar peran media televisi untuk mempengaruhi perkembangan pendidikan anak Dalam mendampingi anak menikmati tontonan televisi, peran orang tua sangatlah penting. Karena bila tidak didampingi orang tua, tontonan yang seharusnya belum memenuhi usia anak, anak melihat langsung akan berpengaruh pada kejiwaan anak itu. Misalnya tontonan film horror jika disaksikan oleh anak dibawah umur 6 tahun, anak tersebut menjadi penakut.Tontonan yang bersifat pornoaksi, jika ditonton oleh anak usia remaja, jika tidak diarahkan orang tua akan sangat berbahaya. Anak itu cenderung meniru atau mencoba apa yang dilihatnya. Tetapi jika orang tua mendampingi, orang tua bisa menjelaskan yang mana boleh ditiru dan mana ! yang tidak boleh diikuti. Namun demikian media televisi sangtlah besar perannya dalam mendidik dan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.( http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=12).
Peran televisi dalam dunia pendidikan bisa dikatakan sangatlah sedikit, mengapa bisa demikian karena kebanyakan televisi di Indonesia hanya berorientasikan pada keuntungan materi semata. Acara-acara televisi yang ada saat ini hanya berisikan program-program yang tidak jelas seperti sinetron, infotainment dan apabila ada berita isinya pun tentang kriminal semata.
Di dunia pendidikan peran televisi antara lain adalah memberikan informasi kepada para penerima pesan seperti acara laptop Si Unyil, Dunia Air dll. Peran yang lain adalah menyampaikan materi seperti di salah satu televisi swasta yang di pagi hari mengajarkan bahasa inggris, ada juga kuis cerdas cermat yang memberikan hiburan sekaligus ilmu kepada kita karena mempertandingkan orang dewasa dengan anak kelas 5 SD. Ada pula yang menyampaikan pesan-pesan moral kepada para penonton televisi seperti acara Minta Tolong yang mengajarkan kita agar bisa menolong orang yang membutuhkan pertolongan dengan ikhlas.
Peran diatas adalah dari televisi swasta yang berorientasikan pada hiburan, kita belum melihat dari televisi pendidikan seperti TV Education (TV E), ada juga TVRI yang banyak pula acara-acara pendidikan, ada pula Geographic Channel, Discovery Channel, maupun acara-acara local lainnya.
Perihal penggunaan televisi, khususnya di sekolah, memang besar sekali manfaatnya, seperti diungkapkan oleh Dr. Oemar Hamalik (dalam Darwanto, 2007:125) sebagai berikut :
• Televisi bersifat langsung dan nyata
• Televisi memperluas tinjauan kelas
• Televisi dapat menciptakan kembali semua peristiwa yang lalu
• Televisi dapat menunjukkan banyak hal dan segi
•Televisi menarik minat bukan saja bagi anak-anak tetapi juga orang dewasa
• Televisi mampu memberi bantuan pada guru
•Televisi mampu membawa sumber-sumber yang ada di masyarakat kedalam kelas
• Masyarakat akhirnya mengerti tentang sekolah secara nyata
3. PENGARUH MEDIA TELEVISI
Pengaruh media televisi dalam pendidikan sangatlah besar pengaruhnya dari pendidikan terhadap akademik maupun pendidikan afektif. Namun pada kenyataan sekarang pengaruh negatife lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh positif dari media televisi ini.
Pengaruh negatife televisi sangat jelas terlihat sekarang ini dengan maraknya acara-acara di televisi yang sama sekali tidak bermutu sama sekali dengan maraknya sinetron, infotainment gosip, dan berita yang berisikan cinta, uang, kekerasan dan pergaulan bebas. Masih jelas teringat di benak kita tentang kejadian tewasnya siswi smp karena gantung diri? Dari manakah siswi smp itu mengerti cara bunuh diri dengan gantung diri, bukan lain adalah dari media televisi karena isi berita hanya tentang kriminal saja dari pencurian, pembunuhan, perampokan sampai tindak asusila. Televisi juga mempengaruhi motivasi belajar siswa karena waktu yang semestinya digunakan untuk belajar karena acara televisinya menarik maka waktu yang semestinya dipergunakan untuk belajar malah digunakan untuk menonton televisi. Berikut ini ada beberapa hasil penelitian
“Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, misalnya, mencatat, rata-rata anak usia Sekolah Dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Artinya pada hari-hari biasa mereka menonton tayangan televisi lebih dari 4 hingga 5 jam sehari. Sementara di hari Minggu bisa 7 sampai 8 jam. Jika rata-rata 4 jam sehari, berarti setahun sekitar 1.400 jam, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus SLTA. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SLTA hanya 13.000 jam. Ini berarti anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi daripada untuk kegiatan apa pun, kecuali tidur” (Pikiran Rakyat, 29 April 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Amerika Serikat terungkap bahwa televisi ternyata cuma bagus untuk ditonton pada anak-anak dengan rentang usia tertentu. Pada anak di bawah usia tiga tahun (batita), dampak negatif televisi justru lebih terasa. Terbukti tayangan televisi dapat menurunkan kemampuan membaca, membaca komprehensif, bahkan penurunan memori pada anak. Batita yang terlalu sering menonton televisi akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang baik bagi proses tumbuh kembangnya. Sebab, televisi cuma menyodorkan stimulasi satu arah.(Warta Warga, 24 desember 2009)
Data diatas memperlihatkan betapa mengkhawatirkannya waktu yang mereka buang hanya untuk menonton acara televisi yang tidak berbobot, bayangkan jika waktu yang digunakan untuk menonton televisi digunakan untuk membaca maka bangsa ini pasti tidak akan kalah dengan bangsa lain seperti Jepang atau Malaysia.
Sekarang kita lihat pengaruh positif, tapi sudah pasti pengaruh positif tidak akan sebanding dengan pengaruh negatife. Pengaruh positif yang didapat hanya menghibur kita dari kesibukan sehari-hari, di acara-acara tertentu seperti Laptop Si Unyil, Are you smarter than 5th grader, dan acara lainnya yang memuat materi tentang pendidikan tentu akan memberikan pengetahuan baru kepada para penonton acara tersebut.
Berpengaruh terhadap perkembangan otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
Mendorong anak menjadi konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.
Berpengaruh terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.
Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.
Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung mempengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan
Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung mempengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial, moral & etika.
Jadi, Siapa yang Seharusnya Mengurangi Menonton TV?
Semua dan setiap orang. Karena akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV, orangtua, anak-anak, si kaya ataupun si miskin, si pintar dan si bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program ‘Hari Tanpa TV’ ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik.
Pertimbangkan Hidup tanpa TV
Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses di masa yang akan datang.
Kalau menurut Anda hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan seksama tontonan anak Anda sepanjang tahun. Mau melihat generasi anak yang lebih sehat? Keluarga yang lebih dekat? Masyarakat yang lebih madani? Matikan TV. Hal yang mungkin kecil tapi akan berdampak besar!


Apa Manfaat HARI TANPA TV?
Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita senangi.
Bagaimana Caranya?
Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat
  • Bermain,
  • Menulis surat,
  • Jalan-jalan,
  • Berenang,
  • Bersepeda,
  • Mendengarkan radio atau membaca koran,
  • Memasak bersama ibu,
  • Bikin lomba antar RT,
  • Berolahraga,
  • Bakti sosial,
  • Rapikan rumah dan halaman,
  • Ambil les,
  • Bercengkrama dengan keluarga,
  • Belajar,
  • Mengerjakan keterampilan tangan,
  • Ke kebun binatang atau musium,
4. Kentungan dan Kelemahan Media TV
Keuntungan :
• Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk gambar diam, film, obyek, specimen, dan drama.
• Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.
• Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dank ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa, melalui penyiaran langsung maupun rekaman.
• Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan mendengar diri sendiri.
• Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
• Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata misalnya ekspresi wajah, dental operation, dll.
Kelemahan :
• Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah
• Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual siswa
• Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.
• Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangan.






0 komentar:

Posting Komentar